Senin, 25 Oktober 2010

Corong Langit


Rencana dari dulu
Mengajak hari yang ku tunggu.
Aku menunggu
Walau aku muak harus menunggu
Mau tak mau harus menjalaninya
Karena aku datang lebih awal
Memang mungkin takdirku
Dari dulu seperti tak berubah..
Menunggu walau ku benci
Detik-deitik penantian pun datang
Aku tata semuanya
Bahkan dari hari kemarin pun
Aku susun semuanya
Agar aku tak terjebak
Aku siapkan semuanya
Aku diam
Diam dan terus diam
Memang bosan
Tapi ini harus dilaluiku
Tak ada yang memberi kepastian
Suara kendaraan aku dengarkan satu per Satu
Berkali-kali aku salah tebak
Namun tak berhenti aku berharap
Langitpun menghitam
Suara gelegar keluar dari corong-corong langit
Aku berharap tak turun hujan
Bagai tak ada plastic di langit
Tak ada yang menahan air
Totol hujan turun satu per satu dan akhirnya bersamaan
Begitu kompak dan seirama
Makin lama semakin banyak
Hingga timbul deruan yang keras
Dan tak terdengar lagi suara kendaraan yang lewat
Meski terhalang
Aku dengarkan setiap tetesan hujan yang seakan berkata
Hujan, dia tak akan datang
Aku tak hiraukan
Aku lebih mencermati suara kendaraan di balik deruan hujan lebat
Lama-lama didalam deruan hujan ada aku yang tertidur lelap
Rasanya terlalu lelah
Tak ada kepastian sedikitpun
Bertanya pada siapa???
Sesat
Angin pembawa kepastian datang setelah aku menunggunya 3,5 jam
Dan angin tahu dia takan datang untuk hari ini
Meminta hari esok akan nada
Untuk sejuta beban yang dia kerjakan.
Besok aku tunggu lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar