Jumat, 23 Desember 2011

Memasang Peraturan Tidak Berlebihan

Sekolah impian, yang terbayangkan fasilitas yang nyaman, menyenangkan, gak jenuh dan gak terlalu banyak aturan .
Kita bahas tentang banyaknya aturan disistem pendidikan formal Indonesia.
Baju dimasukan
Sepatu hitam
Kaos kaki putih
Baju dimasukan
Rok sampai perut
Sampai berpakaian pun diatur, mengenakan seragam pula. Saya rasa, aturan samapi merinci itu tidak terlalu penting. Karena apa? Karena, hanya memunculkan rasa keterkekangan siswa.  Mungkin maksud aturan-aturan itu sah-sah saja dan bermaksud baik seolah peraturan itu melatih kita untuk berdisiplin dari mulai diri sendiri. Brdisiplin sejak dini begitu maksudnya, tapi apa yang terjadi? Mereka akan melaksanakan kalau ia mau dan merasa terancam. Dan ada mereka yang merasa tak perlu mematuhi peraturan tersebut dan lebih enak bergaya semau nya ‘gue’.
Menurut pendapat saya sebagai siswa SMA atau Senior High School yang notabennya tunas dewasa yang mulai tumbuh *ya sepertinya begitu*, saya merasakan akan peraturan tersebut Sebenarnya sah-sah saja ada peraturan-peraturan seperti itu tapi lebih baik siswa-siswa itu mendapat pilihan, dan memilih sesuai dengan hati nuraninya mereka. Selam itu tidak keluar dari aturan agama, bukankah seharusnya agama itu aturan tertinggi? Ya menurut saya seharusnya begitu. Hanya saja pihak sekolah dapat membatasi misalkan dalam cara berpakaian untuk menempelkan slogan ‘berpakaianlah dengan sopan dan pantas pada diri anda’. Saya yakin seburuk apapun manusia, masih adahati nurani yang tersimpan. Jadi, selabil apapun keadaan kami, yang cendrung untuk bertindak semaunnya tapi kami bisa memilih mana yang baik mana yang buruk. Apalagi dengan semakin bertambah dewasanya kami, kami membutuhkan kemandirian untuk memilih jalannya hidup, dari hal kecil. Bukan disuguhi dengan aturan,-aturan yang merentet-rentet seperti itu.
Dalam hukum negara okey sah-sah saja dengan aturan undang-undang karena luang lngkup yang cukup besar. Tapi dalam sekolah, dalam sekolah seharusnnya kita kita tidak hanya melatih dan mengasah otak kita hingga meraih IQ yang tinggi, tapi kita justru perlu untuk mengasah ketajaman hati nurani.  Dengan apa? Okey dengan contoh kita dapat memilih sesuai dengan kesepakatan antara pihak sekolah dan dirinya yang akan belajar, selama tidak keluar dari akal sehat. Lalu selanjutnya bentuk komitmen, yag tdak hanya bertanda materai tapi pihak calon siswa dengan wakil dari sekolah itu berbicara, mengapa calon siswa mengambil jalan dan cara seperti itu?. Well, mungkin akan butuh waktu lama, tapi why not untuk memajukan bangsa dan negara?.
Cantumkanlah peraturan sekolah yang sewajarnya, kalau aturan dan hukuman tentang pergaulan bebas, meminum-minuman keras, narkoba, dan tawuran?  Sangat sah sekali, karena apa? Semua agama tidak menghalalkan hal itu, bertengkar, keributan, dan apalah itu hal-hal yang negatif, setau saya semua agama mengajarkan kedamaian, ketentraman.  Lalu dengan peraturan pakaian ? jam masuk sekolah?  Sebaiknya hal itu diserahkan kepada diri sendiri, bagaimana pantasnnya kami dan menyepakati komitmen. Kalau sekolah memberi peraturan masuk pukul 7 sedangkan siswa terlambat? Itu pilihan dia, mungkin hanya saja perlu pengurangan dari segi perilaku, etika, dan nilai. Ada standar nilai yang harus dipenuhi? Nah terapkan hal itu dalam nilai etika. Sebaiknya kita sudah mulai menajamkan hati nurani. Dengan dilihat dari keterpurukan bangsa ini dalam tingginya korupsi dan kejahatan-kejahatan lain, karena menurunnya ketajaman hati nurani.
Mungkin sistem seperti ini mulai perlu digerakkan didalam jenjang Senior High School dan Junior High School hanya saja porsinya yang berbeda, mungkin JHS sistemnya masih banyakyang dibatasi. Kalau dalam SHS lebih banyak memilihnya J. Dari sana insya Allah terbentuklah hat nurani yang tajam, hati nurani setiap manusia akan selalu bersuara baik dan positif meski manusia tersebut selalu berperilaku negatif atau buruk. Dan mungkin saatnya terlepas dari peraturan yang terlalu mengekang. Misalkan dengan menerapkan pakaian bebas yang sopan dan pantas tapi sekolah juga menetapkan formalitas dengan mengadakan permintaan hari tertentu berpakaian seragam . Sehingga formalitas tetap berjalan.
Menurut saya itu sekolah impian yang sangat saya idamkan. Bukan saya ingin kebebasan tapi saya ingin ikut memajukan bangsa dari keterpurukan ini hingga saatnya sampai pada titik teang tertinggi kemajuan Indonesia.
Well, menurutku begitu saja, bagai mana menurut kamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar